Oleh : Syaikh Mit’ib Alharitsi
Allah
ta'ala menciptakan jin dan manusia untuk beribadah , lalu Allah ta'ala memilih
diantara manusia para rasul yang di tugasi untuk mengemban risalah , mereka
diberikan wahyu dan diperintahkan untuk menyampaikan syari'at Allah kepada
manusia .
رسلا
مبشرين
ومنذرين لئلا يكون للناس على الله حجة بعد الرسل وكان الله عزيزا حكيما (النساء : 165)
Artinya
: (mereka kami utus ) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan , supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasul-rasul itu , dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs
Annisa' :165)
Kemudian
Allah Ta'ala memilih Muhammad bin
Abdillah sebagai penutup para nabi dan rasul , Allah khususkan beliau dengan kitab yang
paling agung yaitu Alqu'an, dan dengan
syariat yang paling sempurna dan paling mudah yaitu islam , merugilah
siapa saja yang datang dengan agama selain islam .
ومن
يبتغ
غير
الإسلام دينا فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين (آل عمران : 85)
Artinya
: Barangsiapa mencari agama selain agama islam , maka sekali-kali tidak akan
diterima (agama itu) darinya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi
(Qs Ali 'imran :85).
Rasulullah
menguatkan hukuman ini dalam sabdanya :
(( والذي
نفس محمد
بيده لا
يسمع بي
أحد من
هذه الأمة
يهودي ،
ولا نصراني
، ثم
يموت ولم
يؤمن بالذي
أرسلت به
إلا كان
من أصحاب
النار )) رواه
مسلم ،
حديث رقم
153 .
Artinya : Demi yang jiwa Muhammad
berada ditangan-NYA , tidaklah seorang dari ummat ini mendengar tentangku ,baik
di kalangan yahudi ataupun nasroni , lalu meninggal dan belum beriman dengan
risalahku , terkecuali ia termasuk penduduk neraka .(HR Muslim no.153)
Karena
perkara yang sangat penting dan besar ini Allah menetapkan perkara-perkara yang
menunjukkan akan hikmah dan keagungan-NYA, diantaranya :
1.
Allah ta'ala menjaga Alqur'an dari
pergantian, pengubahan, tambahan dan pengurangan
إِنَّا
نَحْنُ نَزَّلْنَا
الذِّكْرَ وَإِنَّا
لَهُ لَحَافِظُونَ
)الحجر:9.(
Artinya :
Sungguh kamilah yang menurunkan Ad dzikra( alqur'an) dan kamilah yang menjaganya (Qs Alhijr : 9)
2.
Allah Taa'la meilih manusia-manusia
yang pantas untuk menjadi sahabat Rasulnya shallallahu alaihi wasallam , untuk
membawa keutuhan risalah ini kepada semua manusia , karena risalahnya adalah
menyeluruh untuk semua manusia , kepada orang arab , ajnabi (bukan arab) ,
kepada mereka yang berkulit hitam
ataupun yang berkulit putih .
{
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ
إِلَّا كَافَّةً
لِّلنَّاسِ بَشِيراً
وَنَذِيراً وَلَكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاسِ
لَا يَعْلَمُونَ
} (سبأ
:
28)
Artinya : Dan
Kami tidak mengutusmu , kecuali kepada seluruh manusia , sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan , tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.(Qs.Saba': 28)
Ibnu Masud semoga Allah meridhainya
mengatakan :
" إن
الله نظر
في قلوب
العباد فوجد
قلب محمدٍ
– صلى الله
عليه وسلم
- خير قلوب
العباد فاصطفاه
وبعثه برسالته
، ثم
نظر في
قلوب العباد
بعد قلب
محمد فوجد
قلوب أصحابه
خير قلوب
العباد فجعلهم
وزراء نبيه
يقاتلون عن
دينه"
"Allah
ta'ala melihat kepada hati hamba-hamba-NYA , Allah mendapati hati Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wasallam yang paling baik , lalu Allah memilihnya dan
mengutusnya mengemban risalah , kemudian Allah melihat kepada hati
hamba-hambanya setelah hati Muhammad Shallallahu alaihi wasallam , Allah
mendapati hati para sahabatnya adalah yang paling baik , maka Allah menjadikan
mereka pendamping Nabi-NYa untuk membela dan berperang diatas agama-NYA"
(lihat Albidayah Wannihayah 8/6 , dan Hilyatul Auliya' 1/375)
Dan cermatilah wahai saudaraku pembaca
yang budiman , bagaimana suami dari Fatimah Azzahra , Abu As-sibthaen , bapak
dari penghulu para pemuda surga (Hasan dan Husen) menyebutkan sifat para
sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasalam dengan sifat yang sangat
menakjubkan , sebagaimana Abu Arokah meriwayatkan darinya mengatakan :
“ Aku shalat fajar bersama ‘Ali
Radhiyallahu 'anhu , begitu beliau bergeser kearah kanan , beliau berdiam
ditempatnya sepertinya ada hal yang berat menimpanya , sampai ketika matahari
menerpa lantai masjid seukuran busur panah , beliaupun shalat dua rakaat lalu
membalikkan tangannya , dan berkata : Demi Allah aku telah melihat para sahabat
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam , dan tidak aku lihat pada hari ini
sedikitpun menyerupai keadaan mereka !! mereka dulu lesu, letih , diantara dua
mata mereka seperti lutut-lutut lembu , bermalam dengan ruku dan sujud ,
membaca kitab Allah , bergantian antara kening dan kakinya (banyak shalatnya) ,
bila pagi tiba mereka berdzikir kepada Allah , mereka condong seperti
condongnya pepohonan pada hari ketika angin bertiup , air mata mereka tak
terbendung sampai membasahi baju , demi
Allah , seakan-akan kaum ini bermalam dalam kelalaian “. (lihat Albidayah
wannihayah 8/6 dan Hilyatul auliya' .1/76)
Saudaraku….kehidupan
Rasulullah shallallahu alaihi wasalam dimulai dengan berdakwah mengajak manusia
dimakkah untuk memeluk islam , lalu sebagian kecil dari mereka beriman dan
percaya dengan kerasulannya , mereka membuktikan kekuatan keimanan mereka ini
pada hari-hari yang mereka lalui dengan penuh kesulitan , bertambah hari bertambah
pula cara orang-orang musyrikin menimpakan hukuman dan siksaan , setiap hari
mereka menghembuskan makar kepada manusia yang menyakitkan Rasulullah dan para
sahabatnya radhiyallahu 'anhum ajma'in , akan tetapi mereka tetap bersabar dan
hanya mengharap kepada Allah , bahkan merekapun tetap mengajak yang lain kepada
islam sampai setiap hari bertambahlah jumlah orang yang masuk islam , dan semakin kuat dan
nampaklah kejujuran iman mereka dengan berhijrah meninggalkan keluarga , istri,
harta, dan rumah menuju ke Habasyah dan selanjutnya ke Madinah.
Saudaraku ….apakah gerangan yang
memompa mereka sampai melakukan semua ini ?!
Apakah karna takut dengan sosok Nabi
yang kuat , padahal beliau tidak memiliki pada dirinya sendiri penolong ataupun
yang menolong mereka , ataukah karena mereka mengharap harta dan keuntungan
duniawi , atau jabatan dan tahta yang akan dibagikan kepada para pengikutnya ?!
Jawabannya : Bukan karena ini dan bukan juga karena
itu…..akan tetapi murni karena kejujuran imanlah rahasia ketegaran dan
keteguhan mereka .
Sesungguhnya
”kemunafikan” yang berarti : “ menampakkan keimanan serta menyembunyikan
kekufuran “ belumlah muncul pada periode makkiyyah , karena pada masa itu islam
belum memiliki kekuatan yang disegani yang membuat orang akan menampakkan
keislamannya karena takut, tidak juga ada harta dan kesenangan duniawi yang
menggiurkan sehingga orang-orang tertarik untuk menampakkan keislaman;
karenanya ( bisa dipastikan,pent) tidak ada kemunafikan dalam diri para sahabat
nabi Muhammad pada periode makkiyyah ini dalam mendakwahkan islam.
Sekarang
timbul pertanyaan penting :
Apakah
para muhajirin tersebut terpercaya ?!
Dan
apa yang seyogyanya kita perbuat untuk agama yang mereka bawa ini? Apakah kita tolak sampai terbukti kejujuran
mereka?
Jawabannya
adalah : Seseorang yang beriman tidak pernah ragu bahwasanya al-qur’an adalah
firman Allah ta’ala yang mana didalamnya terdapat pujian terhadap mereka yang
terdepan masuk islam dan pujian akan keutamaan mereka dibanding sebagian besar
para sahabat lainnya.
Allah
ta’ala berfirman:
{ وَالسَّابِقُونَ
الأَوَّلُونَ مِنَ
الْمُهَاجِرِينَ
وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ
اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ
رَّضِيَ اللّهُ
عَنْهُمْ وَرَضُواْ
عَنْهُ وَأَعَدَّ
لَهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي تَحْتَهَا
الأَنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا أَبَداً
ذَلِكَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ }(التوبة
: 100)
Artinya : “ Orang-orang yang
terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) diantara orang-orang muhajirin
dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya selama-lamanya,itulah
kemenangan yang besar “. (Qs.At-taubah:100).
Dan Allah memuji
mereka dalam firman-Nya :
{
إِنَّ الَّذِينَ
آمَنُواْ وَالَّذِينَ
هَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ
فِي سَبِيلِ
اللّهِ أُوْلَـئِكَ
يَرْجُونَ رَحْمَتَ
اللّهِ وَاللّهُ
غَفُورٌ رَّحِيمٌ
} )البقرة
: 218 )
Artinya : “ Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah, mereka itu menghara,p rahmat Allah, dan Allah maha pengampun lagi maha
penyayang “ . (Qs.Al-baqarah : 218).
Begitu juga
orang-orang yang mengimani kenabian Muhammad pun mengakui kejujuran mereka ,
dalam sebuah hadits disebutkan :
(
إن فقراء
المهاجرين يسبقون
الأغنياء يوم
القيامة إلى
الجنة بأربعين
خريفا) (مسلم,
كتاب الزهد
والرقائق (ح
/ 2979)
Artinya : “ Sesungguhnya
orang-orang faqir dari kaum muhajirin mendahului orang-orang kaya pada hari
kiamat untuk menuju ke surga selama empat puluh kali musim gugur ( empat puluh
tahun ). (HR.Muslim, az-zuhd wa ar-raqaiq (H/2979))
Rekomendasi jaminan
surga tentu tidak akan diberikan terkecuali untuk orang-orang yang terpercaya
dan orang-orang yang beriman dengan sungguh-sungguh!
Orang yang tidak menerima
rekomendasi (Allah) tuhan semesta alam terhadap para muhajirin, serta tidak
mengakui kejujuran mereka, maka dengan apalagi mereka akan dapat menerima?!
Dengan apa mereka
menjawab kepada orang-orang mukmin atas penolakan mereka terhadap ayat-ayat
mulia ini?!
Setelah Nabi kita
–shallallahu ‘alaihi wa sallam- menetap di Madinah begitu juga para sahabatnya yang
mulia, mereka datang bertamu
kepada saudara-saudara mereka yaitu kaum anshar yang sangat memuliakan mereka
dan menyambut kaum muhajirin dengan sebaik-baiknya , tercatat dengan tinta
emas.
Iming-iming dan
janji-janji duniawi apakah yang membuat mereka (kaum anshar) bersedia menampung
mereka (Nabi dan para sahabatnya); seseorang yang diusir kaumnya sendiri, yang
terancam dibunuh, begitu juga dengan para sahabat yang menyertainya?!
Bahkan perjanjian
merekapun dilakukan dengan sembunyi-sembunyi disertai rasa ketakutan dengan
berbagai resiko. Berikut ada dua catatan penting dari bai’at ‘aqobah :
Pertama :
Tampak
kepercayaan ‘Abbas bin ‘Abdul Mutholib salah satu paman Nabi –shallallahu
‘alaihi wa sallam- akan kesungguhan kaum Anshar saat mereka menghadiri bai’at
dan beliau menyebutkan kedudukan keponakannya (Nabi Muhammad) dan apa hak
beliau atas mereka, beliau berkata kepada kaum Anshar : “Wahai penduduk khazraj
–konon bangsa arab menamakan daerah penduduk anshar itu dengan nama Khazraj,
mencakup kabilah Khazraj dan Aus- sebagaimana yang kita ketahui, bahwasanya
Muhammad itu termasuk kalangan kita, dan kami telah menghalanginya (untuk
masuk) ke kaum kami serta orang yang sependapat dengan kami, beliau berada
dalam kesulitan serta mendapatkan
penolakan dari penduduk negerinya, oleh karenanya beliau lebih memilih untuk
bergabung bersama kalian, jika kalian akan
menepati janji serta akan membelanya dari orang-orang yang menyelisihinya, maka
(perkaranya tergantung) pada kalian dan apa yang kalian janjikan; karena beliau
berada dalam kesulitan dan penolakan dari kaum dan negerinya”. Maka kamipun
berkata kepadanya : “Kami telah dengar apa yang engkau katakan, maka
utarakanlah wahai Rasulullah, dan ambillah keputusan apa yang Engkau dan
Tuhan-Mu kehendaki. Maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun
berbicara, Beliau membaca Al-qur’an dan mengajak mereka mengenal Allah serta
mengajak mereka ke dalam islam, kemudian berkata : “Aku membai’at kalian untuk
membelaku sebagaimana kalian membela istri-istri dan anak-anak
kalian”.(As-sirah,Ibnu Hisyam 2/63, dan HR.Ahmad, no: 15804).
Apakah mungkin seorang ‘Abbas tega
melepaskan keponakannya kepada orang-orang yang tidak dia percayai keimanannya dan diragukan
kejujurannya?!
Kedua :
Telah terakui
perkara besar yang akan di emban kaum Anshar pasca pembai’atan mereka kepada
Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa sallam- . Berkata As’ad bin Zurarah – orang yang paling belia diantara ke-tujuh
puluh orang (yang berbai’at)- : “Tenang saja wahai penduduk yatsrib, kita
tidaklah mengerahkan pasukan unta kesini kecuali karena kita mengetahui
bahwasanya Beliau adalah utusan Allah, dan membawanya keluar sekarang berarti akan
menyebabkan perpecahan bangsa arab, dan membunuh orang-orang terbaik kalian,
peganglah kuat-kuat pedang kalian, atau bersabarlah akan hal itu dan pahalanya
disisi Allah, atau takut terhadap apa yang akan menimpa diri kalian karena
masih lemah, maka ungkapkanlah alasan ini niscaya Allah akan menerimanya. Lalu
mereka berkata: “Ulurkanlah tanganmu wahai sa’ad, demi Allah kita tidak akan
meninggalkan bai’at ini dan tidak akan meremehkannya selamanya.” (HR.Ahmad no:
14469).
Tentunya sikap mereka meninggalkan
qabilah , terutama golongan yahudi yang tinggal bersama mereka di Madinah,
pasti menimbulkan banyak resiko dan pengusiran.
Karenanya, pada fase Madinah ini
benih-benih timbulnya kemunafikan itu belum ada, sebagai saksinya adalah beberapa
momen kejadian yang menggambarkan keadaan kaum muslimin pada masa itu :
dikatakan kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- : Andaikan Engkau
mendatangi Abdullah bin ubay, maka berangkatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam kepadanya dengan menunggangi keledai, dan diikuti kaum muslimin
bersamanya sambil berjalan dan keadaan tanahnya (saat itu) lembab. Setelah
sampai dan Nabi pun menghadap Abdullah bin Ubay, dia berkata : menjauhlah
dariku, aroma keledaimu sangat menggangguku, salah seorang dari Anshar –ada riwayat
yang menyebutkan , dia itu adalah Abdullah bin Rawahah semoga Allah
meridhainya- berkata: “Demi Allah,
keledai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih wangi aromanya dari pada
kamu”, maka marahlah orang-orang kepada Abdullah dan mencacinya, kemudian marah
juga masing-masing teman yang dicaci tersebut sehingga terjadilah saling pukul
dengan pelapah kurma, dengan tangan, dan sandal:. ( HR.Bukhari, kitab ash-shulh
no:2545).
Ketika Allah mengizinkan nabi-Nya
untuk menetap di Madinah ini dengan jalan :
-
Banyaknya para pemuka dan mayoritas
kaum Anshar memeluk islam.
-
Tampaknya kejayaan islam setelah kaum
muslimin memenangkan perang badar.
Maka, sebagian
penduduk Madinah (yang belum masuk islam,pent) terpaksa menampakkan
keislaman demi kemaslahatan duniawi ,
Abdullah bin Ubay bin Salul beserta orang-orang musyrik dan penyembah berhala
berkata : Kita dihadapkan pada perkara yang tidak ada pilihan lain, maka
merekapun membai’at Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan masuk islam. (HR.Al-Bukhari, kitab: tafsir
al-qur’an no:4290).Dari sinilah mulai muncul kemunafikan di Madinah, kemudian
terus bertambah jumlah para sahabat setelah fathu makkah (penaklukkan mekkah) dan
pada waktu haji wada’ orang-orang masuk ke dalam agama Allah berbondong-bondong,
jumlahnya mencapai puluhan ribu.
Berdasarkan apa yang sudah disebutkan
diatas, bisa dirincikan hal berikut :
1-
Bahwasanya (lafazh) sahabat itu bisa
bermakna umum & khusus, kalau makna umum mencakup semua yang bertemu dengan
Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan beriman kepadaNya. Karena itu
dikatakan kepada sebagian mereka: ia menemani Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam selama setahun, sebulan, se-jam, dan semisalnya. Begitu juga para
sahabat berbeda-beda keutamaannya, misalnya: Abdurrahman bin ‘Auf beserta orang-orang yang pertama-pertama
masuk islam bersamanya, mereka menafkahkan hartanya sebelum fathul hudaibiyyah
(penaklukan mekah) lebih tinggi kedudukannya daripada Khalid bin Walid dan
orang-orang yang masuk islam bersamanya setelah hudaibiyyah, walaupun mereka
juga menafkahkan hartanya & berperang. Allah ta’ala berfirman :
{
لَا يَسْتَوِي
مِنكُم مَّنْ
أَنفَقَ مِن
قَبْلِ الْفَتْحِ
وَقَاتَلَ أُوْلَئِكَ
أَعْظَمُ دَرَجَةً
مِّنَ الَّذِينَ
أَنفَقُوا مِن
بَعْدُ وَقَاتَلُوا
وَكُلًّا
وَعَدَ
اللَّهُ الْحُسْنَى
} [الحديد: 10]
Artinya : “
tidak sama diantara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang
sebelum penaklukan (mekah), mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang
yang menafkahkan (hartanya) dan berperang setelah itu, Allah menjanjikan kepada
masing-masing mereka ( balasan) yang lebih baik”.(Q.s:Al-Hadid:10).
Maka para sahabat yang menemani
Rasulullah dari sebelum penaklukan mekah mereka pantas mendapatkan keutamaan
daripada sahabat yang menemaninya setelah penaklukan mekah, Rasulullah berkata
kepada Khalid : (لا
تسبوا أصحابي) “ janganlah kalian mencela para sahabatku”. Karena mereka telah
menemani Rasulullah sebelum Khalid & orang-orang yang bersamanya.
Contoh lain supaya lebih jelas tentang
keutamaan ini adalah yang menyebutkan tentang keutamaan Abu bakar Ash-shiddiq
–semoga Allah meridhainya- dibanding semua sahabat yang lain –semoga Allah
meridhai mereka- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
( إنه
ليس من
الناس أحد
أمن علي
في نفسه
وماله من
أبي بكر
بن أبي
قحافة، ولو
كنت متخذا
من الناس
خليلا لاتخذت
أبا بكر
خليلا، ولكن
خلة الإسلام
أفضل، سدوا
عني كل
خوخة في
هذا المسجد،
غير خوخة
أبي بكر) (رواه
البخاري:455).
Artinya:” sungguh tidak ada satupun
manusia yang memberikan jaminan kepadaku dengan jiwa dan hartanya (melebihi)
Abu bakar bin Abu Quhafah, sekiranya aku (diperintahkan) mengambil seorang
kekasih dari manusia niscaya akan aku
pilih Abu bakar, akan tetapi persaudaraan islam lebih utama., tutuplah dariku
semua pintu di masjid ini selain pintu Abu bakar”. (HR: Bukhari : 455)
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:
( إن
الله بعثني
إليكم فقلتم
:كذبت، وقال
أبو بكر
: صدق. وواساني
بنفسه وماله،
فهل أنتم
تاركوا لي
صاحبي ؟!
) ) رواه
البخاري :3461)
Artinya: “Sesungguhnya Allah
mengutusku kepada kalian, maka kalian berkata : kamu dusta, sedangkan Abu bakar
berkata : kamu benar, dan beliau mendukungku dengan jiwa dan hartanya,lalu
apakah kalian tinggalkan sahabatku untukku?!” ( HR. Bukhari : 3461).
Disini Rasulullah menyebutnya dengan
kata “shuhbah” (sahabat/teman) sebagaimana disebutkan dalam al-qur’an Allah
berfirman :
{ثَانِيَ
اثْنَيْنِ إِذْ
هُمَا فِي
الْغَارِ إِذْ
يَقُولُ لِصَاحِبِهِ
لاَ تَحْزَنْ
إِنَّ اللّهَ
مَعَنَا } [التوبة:
40]
Artinya : “(Abu bakar) salah
seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua, diwaktu dia berkata
kepada temannya : “janganlah kamu berduka cita sesungguhnya Allah beserta kita”.”
(QS.At-taubah:40)
Demikian juga Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan umar bin Khathab-semoga Allah
meridhainya-, Beliau bersabda :
) جعل
اللّه الحقَّ
على لسان
عمر وقلبه
) (رواه أبو
داود:2961)
Artinya :”Allah telah menjadikan
kebenaran atas lisan dan hatinya umar ”. (HR. Abu daud :2961).
Begitu juga Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda kepada Umar bin Khathab :
( والذي
نفسي بيده!
ما لقيك
الشيطان قط
سالكا فجا
إلا سلك
فجا غير
فجك ) (رواه
البخاري:2396)
Artinya : “Demi (Allah) yang jiwaku
berada ditangan-Nya, tidaklah satu syaithan pun yang bertemu denganmu melewati
suatu jalan kecuali dia melewati jalan selain jalan yang kamu lewati”.
(HR.Al=bukhari:2396)
Baik Umar ataupun Abu bakar sama
sekali tidak pernah menggunakan kata “Munafik” tehadap orang muslim, dan tidak
dipergunakan juga oleh kerabat-kerabat mereka.(Fatwa Syaikh islam Ibnu
Taimiyyah bab : al-khilafah wa al-mulk).
Para sahabat pun telah mengakui
berbeda-bedanya tingkatan keutamaan diantara mereka,di riwayatkan oleh Imam
Ahmad dalam musnadnya, pada musnad Ali –semoga Allah meridhainya- :
أن وهب
السوائي قال:خطبنا
علي - رضي
الله عنه
- فقال: " من
خير هذه
الأمة بعد
نبيها ؟
فقلت: أنت
يا أمير
المؤمنين . قال:
لا ! خير
هذه الأمة
بعد نبيها
: أبو بكر
، ثم
عمر رضي
الله عنه
، وما
نبعد أن
السكينة تنطق
على لسان
عمر رضي
الله عنه
"[مسند الإمام
أحمد (1/104 رقم:
834)
Bahwasanya Wahab as-sawa-i berkata :
berkata Ali –semoga Allah meridhainya- : “ siapakah diantara ummat ini yang
terbaik setelah Nabinya?” Maka aku (wahab) berkata:”engkau wahai amirul
mukminin”, dia berkata: “Bukan, sebaik-baik ummat ini setelah para Nabinya
adalah :Abu bakar, kemudian Umar –semoga Allah meridhainya-, dan kita tidak memungkiri
bahwa ketentraman terucap melalui lisan Umar –semoga Allah meridhainya-“
(musnad al-imam Ahmad 1/104 no:834).
Walapun berbeda-beda tingkat keutamaan
diantara mereka, akan tetapi mereka semuanya jujur dan terpercaya.
2-
Tidak ada satupun dari kalangan orang
muhajirin yang tertuduh munafik.
3-
Orang Anshar sampai masa setelah
perang badar tidak ada satupun diantara mereka yang tertuduh munafik.
4-
Kemunafikan muncul pasca perang badar
dari sebagian penduduk Madinah, ketika kalangan terhormat dan pemuka-pemuka
mereka masuk islam, maka sebagian mereka terpaksa menampakkan keislamannya
dengan pura-pura karena islam telah jaya dan menonjol diantara kaumnya.
5-
Orang-orang terdahulu dari kalangan
Muhajirin dan Anshar beserta orang-orang yang masuk islam setelah penaklukkan
makkah, tampak kejujuran dan terpercayanya mereka dari hal berikut :
a- Rekomendasi
langsung dari Allah kepada mereka, dalam firman-Nya :
}وَالسَّابِقُونَ
الأَوَّلُونَ مِنَ
الْمُهَاجِرِينَ
وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ
اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ
رَّضِيَ اللّهُ
عَنْهُمْ وَرَضُواْ
عَنْهُ وَأَعَدَّ
لَهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي تَحْتَهَا
الأَنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا أَبَداً
ذَلِكَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ {(التوبة
: 100)
Artinya : “Orang-orang yang
terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) diantara orang-orang muhajirin
dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surge-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya ,itulah kemenangan yang besar. (QS. At-taubah :
100)
b- Rekomendasi
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
(( لا
تسبوا أصحابي
، فإن
أحدكم لو
أنفق مثل
أحد ذهبا
، ما
بلغ مُدَّ
أحدهم ولا
نصيفَه )) (رواه
البخاري :3470 ومسلم
:2540)
Artinya : “ Janganlah kalian
mencela para sahabatku, karena sesungguhnya jika salah seorang dari kalian menginfakkan emas seberat
gunung uhud pun niscaya (nilainya) tidak akan setara dengan (infak mereka) satu
mud ataupun setengahnya.” (HR. Al-Bukhari no:3470, dan Muslim no:2540)
(( خير
الناس قرني
، ثم
الذين يلونهم
ثم الذين
يلونهم )) (رواه
البخاري :3451 ومسلم
:2533)
Artinya : “Sebaik-baik manusia
adalah (manusia) di abadku, kemudian
abad setelah mereka, kemudian abad setelah mereka”. (HR:Al-Bukhari no:3451,
dan Muslim no:2533)
c- Orang-orang
yang terdahulu masuk islam dari kalangan muhajirin dan anshar telah bersaksi bahwa
orang-orang setelah mereka jujur dan terpercaya.
d- Lingkungan
para sahabat pada waktu itu berada pada lingkungan yang sangat peka dan dengan
mudah merasakan tipu daya orang munafik, yang mengintai pergerakan dan menyerang mereka dalam berbagai peristiwa
, sebagai aplikasi dari firman Allah ta’ala :
{ هُمُ
الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ
{ (المنافقون
: 4 )
Artinya : “ Mereka itulah musuh
(yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka”. (QS.Al-munafiqun : 4)
Sifat-sifat orang munafik disebutkan
dalam al-qur’an dengan rinci, hal ini membantu para sahabat (dalam menghadapi
mereka), Sampai-sampai orang munafikpun merasa takut dengan sifat-sifat mereka
yang disebutkan dalam al-qur’an tersebut.
{ يَحْذَرُ
الْمُنَافِقُونَ
أَن تُنَزَّلَ
عَلَيْهِمْ سُورَةٌ
تُنَبِّئُهُمْ بِمَا
فِي قُلُوبِهِم
قُلِ اسْتَهْزِئُواْ
إِنَّ اللّهَ
مُخْرِجٌ مَّا
تَحْذَرُونَ
{ )التوبة
: 64(
Artinya : “ Orang-orang munafik itu
takut akan diturunkan terhadap mereka suatu surat yang menerangkan apa yang
tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka : “teruskanlah
ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya)”, sesungguhnya Allah akan
menyatakan apa yang kamu takuti itu.” ( QS: At-taubah : 64
)
Adapun diantara sifat-sifat mereka
yang disebutkan dalam Al-qur’an adalah :
{وَلَوْ
نَشَاء لَأَرَيْنَاكَهُمْ
فَلَعَرَفْتَهُم
بِسِيمَاهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ
فِي لَحْنِ
الْقَوْلِ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ
} (محمد
: 30)
Artinya : “ Dan kalau Kami
menghendaki niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat
mengenal mereka dengan tanda-tandanya, dan kamu benar-benar akan mengenal
mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka, dan Allah mengetahui
perbuatan-perbuatan kamu”. (QS:Muhammad :30)
Disebutkan juga dalam Al-qur’an dengan
jelas :
{إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ
يُخَادِعُونَ اللّهَ
وَهُوَ خَادِعُهُمْ
وَإِذَا قَامُواْ
إِلَى الصَّلاَةِ
قَامُواْ كُسَالَى
يُرَآؤُونَ النَّاسَ
وَلاَ يَذْكُرُونَ
اللّهَ إِلاَّ
قَلِيلاً } )النساء
: 142)
Artinya : “ Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka,
dan kalau mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali”. (QS-An-nisa : 142)
Selain kedua ayat
tersebut, Al-qur’an menyebut mereka dalam berbagai keadaan dan kejadian,
menyebut sifat-sifat mereka tanpa mencantumkan nama, karena sifat orang orang
munafik di kalangan manusia sama saja sepanjang waktu, maka hendaklah
orang-orang mukmin menjauhi sifat tersebut, demikian juga hendaklah mereka
mewaspadai makar orang-orang yang besifat demikian.
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjadikan kecintaan terhadap kaum anshar sebagai tanda keimanan, dan benci
terhadap kaum anshar sebagai tanda kemunafikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengabarkan kepada Hudzaifah bin Al-yaman nama-nama orang munafik,
maka para sahabat seperti Umar dan yang lainnya tidak menshalatkan (mayat) yang
tidak dishalatkan oleh Hudzaifah.
Sebagai dalil akan pengetahuan para
sahabat terhadap sifat-sifat orang munafik, dan keterangan bahwa mereka mengetahui sebagiannya, cukuplah dengan dua
kisah berikut:
Pertama :
Peristiwa berpalingnya Abdullah bin
Ubay bin Salul dari pasukan kaum muslimin yang keluar untuk melawan pasukan
kaum musyrikin pada waktu perang uhud.
Konon Abdullah bin Ubay bin Salul
mempunyai majelis yang dia pimpin setiap jum’at yang tidak bisa di pungkiri,
sebagai bentuk penghormatan untuknya dan untuk kaumnya, dan di antara mereka
ada orang terkemuka yang apabila telah duduk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk berkhutbah dia berdiri sambil berkata : “Wahai manusia, ini adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di depan kalian, semoga Allah
memuliakan kalian dengannya, maka bantulah dan belalah dia, dengar dan
ta’atilah dia”, kemudian dia duduk. Sampai terjadilah apa yang dia perbuat pada
waktu perang uhud (mundur dari pasukan), kemudian dia pulang dan diapun
melakukan apa yang biasa dia lakukan (memimpin majlis), maka orang-orang muslim
di sekelilingnya pun menyeret bajunya sambil berkata: “Duduklah wahai musuh
Allah, kamu tidak layak melakukan itu setelah apa yang kamu perbuat”, lalu dia
keluar melewati orang-orang sambil berkata : ”Demi Allah, semoga apa yang aku
ucapkan sebagai ganti perbuatanku yang telah
membebani urusannya (Sirah Ibnu Hisyam 3/46).
Kedua :
Kisah shalatnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam di rumah ‘Utban bin Malik semoga Allah meridhainya karena memenuhi
permintaan ‘Utban untuk shalat di rumahnya, supaya dia menjadikan tempatnya
sebagai tempat shalatnya dikarenakan penglihatannya sudah lemah, maka para
sahabat yang hadir bersamanya saling berbicang-bincang mengenai orang munafik.
Imam Nawawi berkata ketika menjelaskan hadits ini dalam shahih muslim : “Mereka
menyebutkan keadaan orang-orang munafik dan perbuatan mereka yang jelek dan
menyebutkan apa-apa yang para sahabat dapatkan dari orang-orang munafik”.
(An-Nawawi fie syarhi muslim 1/243)
e- Bahwasanya
Ali dan Ahlul bait –semoga Allah meridhai mereka- mereka tidak meragukan kejujuran
dan keadilan para sahabat, bahkan mereka hidup bersama-sama saling mencintai
dalam persaudaraan.
f- Mencintai
ahlul bait dan menghormati mereka itulah yang diajarkan oleh para sahabat
–semoga Allah meridhai mereka- kepada kita, pantaskah balasan mereka dari orang
yang mengaku benar-benar mencintai ahlul bait dengan mengingkari kejujurannya
dan malah menuduh mereka munafik?!
g- Bagaimana
mungkin taufik diberikan bagi orang yang tidak terpercaya?! dan bagaimana
mungkin hati mereka sebanyak itu di kumpulkan di atas satu syari’at, menjunjung
kesuciannya ketika berdakwah (mengikuti) Nabi mereka, dan hal ini terus
berlanjut sampai setelah kematiannya?! Kenapa mereka tidak meninggalkan hal ini
setelah Nabi mereka meninggal?
Dan mungkin kita pun bertanya :
Apakah perbedaan pendapat yang terjadi
di kalangan para sahabat –semoga Allah meridhai mereka- berakibat keraguan akan
kejujuran mereka dan mengklaim mereka munafik?
Jawabannya adalah :
Para ulama menyampaikan tentang
ma’shumnya para nabi –‘alaihimussalam-, adapun selain mereka baik dari kalangan
para shiddiqin, syuhada dan shalihin tidaklah ma’shum akan tetapi mereka juga
berbuat salah lalu Allah mengampuni mereka dengan sebab taubat yang benar-benar
dan beristighfar, serta diikutinya dosa tersebut dengan kebaikan-kebaikan, dan
cobaan yang yang menimpa di dunia, dan para sahabat juga bertambah semangatnya
dalam berjihad dan membela islam.
Ini dalam perkara yang di sengaja,
adapun jika dalam keadaan berijtihad dan dia meyakini kebenarannya, maka yang
benar dari mereka mendapatkan dua pahala; pahala ijtihad dan pahala karena dia benar , sedangkan bagi yang
salah mendapatkan pahala ijtihad saja.
Inilah yang sepatutnya kita bersikap
ketika terjadi fitnah diantara sahabat, dan perlu di ketahui bahwasanya kebanyakan
para sahabat menghindari fitnah tersebut.
Apakah termasuk adil jika dikatakan
bahwa setiap yang salah itu berdosa?! Dan aplikasinya itupun ditujukan ketika
terjadi fitnah diantara para sahabat, lalu hal itu dijadikan alasan untuk
mengklaim ketidak adilan mereka serta menuduh mereka munafik dan kufur?!
Di sebutkan dalam Al-qur’an bahwasanya
peperangan antar orang mukmin tidak membuat mereka keluar dari iman, Allah
ta’ala berfirman :
{ وَإِن
طَائِفَتَانِ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ
اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا
بَيْنَهُمَا فَإِن
بَغَتْ إِحْدَاهُمَا
عَلَى الْأُخْرَى
فَقَاتِلُوا الَّتِي
تَبْغِي حَتَّى
تَفِيءَ إِلَى
أَمْرِ اللَّهِ
فَإِن فَاءتْ
فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا
بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا
إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
(9)إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ
إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا
بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10) } [الحجرات:
9، 10]
Artinya : “Dan jika ada dua
golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya,
jika salah satu dari golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain
maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah)
maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlaku adillah, sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (9) Sesungguhnya orang-orang
mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat (10)”. (QS.
Al-hujurat : 9-10)
Allah menjadikan kaum mukmin
bersaudara walaupun dengan adanya peperangan dan aniaya, bahkan dengan
perintah-Nya untuk memerangi golongan yang berbuat aniaya tetap menggolongkan
mereka termasuk orang mukmin.
وقال صلى
الله عليه
وآله وسلم
عن الحسن
رضي الله
عنه : ( ابني
هذا سيد
ولعل الله
أن يصلح
على يديه
بين فئتين
عظيمتين من
المسلمين ) (رواه
الإمام أحمد
في مسند
البصريين)
Artinya : “Rasuullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata tentang Al-hasan –semoga Allah meridhainya- : “Anakku
ini adalah seorang pemuka, mudah-mudahan Allah mendamaikan melalui dia dua
golongan besar dari kaum muslimin”. (HR: Imam Ahmad dalam musnad
Al-bashriyyin).
Beliau menyebut kedua golongan
tersebut adalah (golongan) kaum muslimin. (Fatwa syaikhul islam Ibnu Taimiyyah
bab : Al- khilafah wa al-mulk).
Jadi, tidak semua golongan yang
aniaya, zhalim dan memusuhi itu mengeluarkan mereka dari keimanan, dan tidak
boleh melaknat mereka, maka bagaimana mungkin mengeluarkan (keimanan) dari
orang yang berada pada generasi terbaik?!
Penutup :
Sesungguhnya ahlussunnah mengakui
kejujuran para sahabat, dan tidak membolehkan untuk menjelek-jelekkan mereka,
tidak menggolongkan mereka termasuk orang-orang yang ma’shum (luput dari kesalahan),
dan kejujuran mereka terpancar dari keimanan yang kuat sehingga dapat memfilter mereka dari
kelancangan untuk berdusta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka, bagi segenap orang yang
mencoreng kejujuran para sahabat –semoga Allah meridhai mereka- dan menuduh
mereka munafik, juga mengklaim mereka kafir, kami kemukakan hal berikut :
-
Tidak
puaskah engkau dengan rekomendasi dari Allah ta’ala kepada mereka?!
-
Tidakkah engkau ridha dengan
rekomendasi dari Rasulullah kepada mereka, serta pesan-pesannya (untuk
mengikuti) mereka?!
-
Tidak berbekaskah padamu pujian serta
rasa cinta ‘Ali –semoga Allah meridhainya- kepada mereka?!
Aku harap engkau berfikir sembari
mengosongkan semua yang engkau dengar dari hal yang menjatuhkan mereka –semoga
Allah meridhai mereka- kemudian renungkanlah hal berikut :
1-
Bahwasanya orang-orang munafik, mereka
yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran tidak mungkin
meriwayatkan sesuatu dari agama yang mereka benci dan tidak mereka sukai lalu
kemudian menyampaikannya kepada orang-orang.
2-
Sungguh Allah ta’ala menjanjikan akan
menjaga agama-Nya, mungkinkah Allah mempercayakannya kepada orang-orang
munafik, demi Allah ini tidaklah mungkin! Semua orang yang memiliki akal pasti
mengetahui bahwasanya hal demikian tidak mungkin dilakukan oleh orang yang
berakal, bagaimana mungkin- hal tersebut bisa terjadi- dari Allah ta’ala?!
3-
Ambil saja misalnya , bila orang-orang
munafik meriwayatkan suatu hadits, maka apa yang meraka riwayatkan tersebut
bisa jadi sesuai dengan Al-qur’an dan riwayat yang lain , dan bisa juga
bertentangan. Jika sesuai maka tidak diragukan lagi kebenarannya, adapun jika
bertentangan maka kami menetapkan kebathilannya.
Kami akhiri (tulisan ini) dengan
pertanyaan besar, yaitu :
Sungguh kami beriman bahwasanya
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- itu benar, dan Al-qur’an itu benar,
dan Al-qur’an serta sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihiwa sallam- (bisa) sampai kepada kita dengan perantaraan para
sahabat –semoga Allah meridhai mereka- maka, apakah kalian ingin menodai
persaksian kami, dan membatalkan Alquran dan sunnah?!
Aku berlindung kepada Allah dari
godaan syaithan yang terkutuk :
}مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً} )الفتح : 29( .
Artinya
: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya
mereka kerasterhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih saying sesama mereka,
kamu melihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam taurat, dan siat-sifat mereka dalam injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman
itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus diatas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal shaleh diantara mereka
ampunan dan pahala yang besar. (QS:Al-fath : 29)
Alih
Bahasa :
Ummu
Nawwaf Yusfiani suhyatin,Lc
Thaif
13/2/1436 H
Posting Komentar
Komentar para pembaca yang baik dan membangun sangat kami harapkan dan atas kunjungannya kami ucapkan Jazakumullohu Khoiron.