Jenggot...Haruskah???
oleh : Ustadz Musyaffa' Lc. Hafidzohulloh
Dalil Wajibnya Memelihara Jenggot
DALIL DARI ALQUR’AN
1. Alloh ta’ala berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا، وَاتَّقُوا اللَّهَ، إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Ambillah apa yang datang dari Rosul, dan tinggalkanlah apa yang dilarangnya! Dan takutlah kalian kepada Alloh, karena sesungguhnya Alloh itu Maha Keras siksa-Nya (al-Hasyr: 7)
Ayat ini menyuruh kita untuk menjalankan semua tuntunan Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, sekaligus memerintah kita untuk meninggalkan semua larangan beliau. Dan sebagaimana kita tahu dalam kaidah ushul fikih, bahwa “setiap perintah dalam Alqur’an dan Sunnah, itu menunjukkan suatu kewajiban, kecuali ada dalil khusus yang merubahnya”. Sehingga ayat ini secara tidak langsung, mewajibkan kita untuk memelihara jenggot… Mengapa? Karena banyaknya perintah dari Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, untuk memelihara jenggot, dan setiap perintah beliau itu menunjukkan kewajiban, kecuali ada dalil khusus yang merubahnya.
2. Alloh ta’ala berfirman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka hendaklah mereka yang menyalahi perintah Rosul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa adzab yang pedih (an-Nur: 63)
Dalam ayat ini, Alloh memperingatkan hamba-Nya; jika mereka melanggar perintah Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, maka Dia akan menimpakan cobaan dan adzab yang pedih kepada mereka. Dan diantara perintah beliau adalah perintah memanjangkan jenggot. Itu berarti ayat ini secara tidak langsung memperingatkan kita untuk tidak memangkas jenggot.
3. Alloh ta’ala berfirman:
قَالَ يَبْنَؤُمَّ لَا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلَا بِرَأْسِي
Dia (Nabi Harun) menjawab: “Wahai putra ibuku! Janganlah engkau pegang jenggotku, jangan pula kepalaku!”
Ayat ini mengabarkan pada kita, bahwa Nabi Harun pada masa hidupnya memelihara jenggotnya… Jika ayat ini kita padukan dengan ayat lain yang berbunyi:
أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ
Mereka (para Nabi) itulah yang telah diberi petunjuk oleh Alloh, maka ikutilah petunjuk mereka (al-An’am: 90)
Maka kita akan tahu bahwa kita -Umat Muhammad- diperintah untuk memelihara jenggot. Itu karena diantara petunjuk para Nabi terdahulu adalah mereka memelihara jenggotnya, dan kita diperintah untuk melakukan petunjuk mereka yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-.
DALIL DARI HADITS
Banyak sekali hadits yang menunjukkan wajibnya memelihara jenggot, diantaranya:
1. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ، وَفِّرُوا اللِّحَى، وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ! (رواه البخاري: 5892)ـ
Dari Ibnu Umar r.a., Rosul -shollallohu alaihi wasallam- pernah bersabda: Selisihilah kaum musyrikin, biarkanlah jenggot kalian panjang, dan potong tipislah kumis kalian! (HR. Bukhori: 5892)
2. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:
انْهَكُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى! (رواه البخاري: 5893)ـ
Dari Ibnu Umar r.a., Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: Potong tipislah kumis kalian, dan biarkanlah jenggot kalian! (HR. Bukhori: 5893)
3. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:
خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ، أَحْفُوا الشَّوَارِبَ، وَأَوْفُوا اللِّحَى! (رواه مسلم: 259)ـ
Dari Ibnu Umar, Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Selisilah Kaum Musyrikin, potong pendeklah kumis kalian, dan sempurnakanlah jenggot kalian!”. (HR. Muslim: 259)
4. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:
جُزُّوا الشَّوَارِبَ، وَأَرْخُوا اللِّحَى، خَالِفُوا الْمَجُوسَ! (رواه مسلم: 260)ـ
Dari Abu Huroiroh r.a., Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: Potonglah kumis kalian, biarkanlah jenggot kalian, dan selisihilah Kaum Majusi. (HR. Muslim: 260)
5. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:
جُزُّوا الشَّوَارِبَ، وَأَرْجوا (أو وأرجئوا) اللِّحَى، خَالِفُوا الْمَجُوسَ. (رواه مسلم: 260, مع الرجوع إلى شرح صحيح مسلم للنووي, وفتح الباري شرح حديث رقم: 5892)ـ
Dari Abu Huroiroh r.a., Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: Potonglah kumis kalian, panjangkanlah jenggot kalian, dan selisihilah Kaum Majusi. (HR. Muslim: 260, lihat juga Syarah Shohih Muslim karya Imam Nawawi, dan Fathul Bari Syarah Shohih Bukhori karya Ibnu Hajar hadits no: 5892)
6. Hadits Nabi -shollallohu alaihi wasallam-:
عن أبي أمامة قَالَ: …فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ يَقُصُّونَ عَثَانِينَهُمْ وَيُوَفِّرُونَ سِبَالَهُمْ قَالَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُصُّوا سِبَالَكُمْ وَوَفِّرُوا عَثَانِينَكُمْ وَخَالِفُوا أَهْلَ الْكِتَابِ (رواه أحمد: 21780)ـ
Dari Abu Umamah: …lalu kami (para sahabat) pun menanyakan: “Wahai Rosululoh, sungguh kaum ahli kitab itu (biasa) memangkas jenggot mereka dan memanjangkan kumis mereka?”. Maka Nabi -shollallohu alaihi wasallam- menjawab: “Potonglah kumis kalian, dan biarkanlah jenggot kalian panjang, serta selisilah Kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani)!”. (HR. Ahmad: 21780, dihasankan oleh Albani, dan dishohihkan oleh Muhaqqiq Musnad Ahmad, lihat Musnad Ahmad 36/613)
7. Hadits dari Abdulloh bin Umar r.a.:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما: أن النبي صلى الله عليه وسلم أمر بإحفاء الشوارب, وإعفاء اللحى (رواه مسلم: 259)ـ
Ibnu Umar r.a. mengatakan: “Sesungguhnya Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- memerintahkan untuk memangkas tipis kumis dan membiarkan jenggot panjang. (HR. Muslim: 259).
8. Pernyataan Sahabat Jabir bin Abdulloh r.a.:
كنا نؤمر أن نوفي السبال ونأخذ من الشوارب (مصنف ابن أبي شيبة 5/25504). وفي لفظ: كنا نعفي السبال, ونأخذ من الشوارب (أخرجه أبو داود: 4201). وحسنه الحافظ ابن حجر في فتح الباري 13/410, وصححه الشيخ عبد الوهاب الزيد في كتابه إقامة الحجة في تارك المحجة ص 36 و 79)ـ
Jabir r.a. mengatakan: “Sungguh kami (para sahabat), diperintah untuk memanjangkan jenggot dan mencukur kumis”. (Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah: 26016). Dalam riwayat lain dengan redaksi: “Kami (para sahabat) membiarkan jenggot kami panjang, dan mencukur kumis” (HR. Abu Dawud: 4201). Atsar ini dihasankan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 13/410, dan di shohihkan oleh Syeikh Abdul Wahhab alu Zaid dalam kitabnya Iqomatul Hujjah fi Tarikil Mahajjah, hal: 36 dan 79)
Dari sabda-sabda di atas, kita dapat mengambil kesimpulan berikut:
1. Sabda-sabda diatas, semuanya menunjukkan perintah untuk memanjangkan jenggot, dan sebagaimana kita tahu kaidah ushul fikih, “setiap perintah dalam nash-nash syariat itu menunjukkan suatu kewajiban, dan haram bagi kita menyelisihinya, kecuali ada dalil khusus yang merubahnya menjadi tidak wajib”. Itu berarti wajib bagi kita memanjangkan jenggot, dan haram bagi kita memangkasnya.
2. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- menghubungkan perintah memanjangkan jenggot, dengan perintah menyelisihi Kaum Ahli Kitab (Yahudi Nasrani), Kaum Musyrikin, dan Kaum Majusi. Itu menambah kuatnya hukum wajibnya memanjangkan jenggot ini, mengapa?… Karena dua perintah, jika berkumpul dalam satu perbuatan yang sama, itu lebih kuat dari hanya satu perintah saja.
3. Pada sabda-sabda di atas, terkumpul 5 redaksi perintah yang berbeda (perhatikan kalimat arab yang kami cetak merah, dari hadits 1-5), yang semuanya menunjukkan perintah memanjangkan jenggot… Ini juga meneguhkan petunjuk wajibnya memanjangkan jenggot… Karena perintah dengan lima redaksi yang berbeda-beda lebih meyakinkan, dari pada hanya menggunakan satu redaksi saja.
4. Para Sahabat Nabi, semuanya memanjangkan jenggotnya, karena mereka diperintah oleh Rosul -shollallohu alaihi wasallam- untuk melakukan itu. Jika perintah itu tidak wajib dilakukan, mengapa tidak ada satu pun sahabat yang menggundul jenggotnya?!. (lihat hadits no: 8)
5. Memanjangkan jenggot adalah ibadah yang diperintahkan oleh Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, oleh karena itulah para sahabat bersemangat menerapkannya dalam kehidupan mereka, bahkan tidak satupun dari mereka menyelisihi perintah ini… Coba perhatikan masyarakat sekitar kita di era ini, kenyataannya sangat bertolak belakang, para sahabat dahulu semuanya memelihara jenggot, tapi di lingkungan kita tidak ada yang memelihara jenggot kecuali hanya sedikit saja… Semoga Alloh merubah keadaan umat ini, pada keadaan yang lebih baik, dan lebih dekat kepada ajaran islam yang mulia dan suci, sehingga umat ini dapat menggapai kejayaan yang mereka impikan… amin.
Para pembaca yang dirahmati Alloh…
Sebenarnya sudah cukup, bagi insan muslim yang inshof, untuk menerima kesimpulan wajibnya memanjangkan jenggot ini, dengan berdasar pada dalil Al-Quran, Hadits, dan Ijma’ yang kami sebutkan.
Namun, bila ada yang masih ragu dengan kesimpulan ini, mari kita lihat:
Perkataan Ulama Terdahulu Dalam Masalah Ini
MADZHAB HANAFI
يحرم على الرجل قطع لحيته (الدر المختار 6/407)ـ
Diharamkan bagi pria memotong jenggotnya. (ad-Durruh Mukhtar 6/407)
ولا يأخذ من لحيته شيئا لأنه مُثْلة (البحر الرائق 2/372)ـ
Tidak boleh baginya memangkas jenggotnya, karena itu termasuk mutslah. (al-Bahrur Ro’iq 2/372)
وأما الأخذ منها وهي دون ذلك كما يفعله بعض المغاربة ومخنثه الرجال فلم يبحه أحد (فتح القدير 4/370) (حاشية ابن عابدين 2/418)ـ
Adapun memangkas jenggot yang panjangnya kurang dari genggaman tangan, sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang Maroko dan para banci, maka tidak ada seorang pun yang membolehkannya. (Fathul Qodir 4/370, Hasyiah Ibnu Abidin 2/417).
MADZHAB MALIKI
فلا يجوز حلقُها، ولا نتفُها، ولا قص الكثير منها (المفهم للقرطبي 1/512)ـ
Maka tidak boleh mencukur jenggot, tidak boleh mencabutinya, dan tidak boleh pula memangkas sebagian besarnya. (al-Mufhim, karya Imam al-Qurthubi 1/512)
ويحرم على الرجل حلق اللحية (منح الجليل 1/82)ـ
Diharamkan bagi pria mencukur jenggotnya. (Minahul Jalil 1/82)
وحلق اللحية لا يجوز (مواهب الجليل 1/313)ـ
Menggundul jenggot itu tidak diperbolehkan (Mawahibul Jalil 1/313)
تنبيه: يحرم على الرجل حلق لحيته (حاشية الدسوقي 1/90)ـ
Catatan penting: Diharamkan bagi pria menggundul jenggotnya. (Hasyiah Dasuqi 1/90)
واتفقوا على أن حلق اللحية مثلة لا تجوز (الإقناع في مسائل الإجماع 2/3953)ـ
Para ulama sepakat bahwa sesungguhnya menggundul jenggot, termasuk tindakan mutslah yang tidak diperbolehkan. (al-Iqna’ fi Masailil Ijma’, karya Abul Hasan al-Qoththon al-Maliki 2/3953)
MADZHAB SYAFI’I
قال الشافعي: ولا يأخذ من شعر رأسه ولا لحيته شيئا لان ذلك إنما يؤخذ زينة أو نسكا (الأم 2/640)ـ
Imam Syafi’i -rohimahulloh- mengatakan: “Ia (orang yang memandikan mayat) tidak boleh memangkas rambut kepala maupun jenggotnya si mayat, karena kedua rambut itu hanya boleh diambil untuk menghias diri dan ketika ibadah manasik saja”. (al-Umm 2/640)
وقال أيضا: والحِلاق ليس بجناية لان فيه نسكا في الرأس وليس فيه كثير ألم، وهو -وإن كان في اللحية لا يجوز- فليس كثير ألم ولا ذهاب شعر، لانه يستخلف، ولو استخلف الشعر ناقصا أو لم يستخلف كانت فيه حكومة (الأم 7/203)ـ
Imam Syafi’i -rohimahulloh- juga mengatakan: “Menggundul rambut bukanlah kejahatan, karena adanya ibadah dengan menggundul kepala, juga karena tidak adanya rasa sakit yang berlebihan padanya. Tindakan menggundul itu, meski tidak diperbolehkan pada jenggot, namun tidak ada rasa sakit yang berlebihan padanya, juga tidak menyebabkan hilangnya rambut, karena ia tetap akan tumbuh lagi. Seandainya setelah digundul, ternyata rambut yang tumbuh kurang, atau tidak tumbuh lagi, maka hukumannya adalah hukumah. (al-Umm 7/203)
قال ابن رفعة: إن الشافعي قد نص في الأم على تحريم حلق اللحية (حاشية العبادي على تحفة المحتاج 9/376)ـ
Ibnu Rif’ah -rohimahulloh- mengatakan: Sungguh Imam Syafi’i telah menegaskan dalam kitabnya Al-Umm, tentang haramnya menggundul jenggot. (Hasyiatul Abbadi ala Tuhfatil Muhtaj 9/376)
قال الماوردي: نتف اللحية من السفه الذي ترد به الشهادة (الحاوي الكبير 17/151)ـ
Imam al-Mawardi -rohimahulloh- mengatakan: Mencabuti jenggot merupakan perbuatan safah yang menyebabkan persaksian seseorang ditolak.(al-Hawil Kabir 17/151)
قال الغزالي: وأما نتفها في أول النبات تشبها بالمرد فمن المنكرات الكبار فإن اللحية زينة الرجال. (إحياء علوم الدين 2/257)ـ
al-Ghozali mengatakan: Adapun mencabuti jenggot di awal munculnya, agar menyerupai orang yang tidak punya jenggot, maka ini termasuk kemungkaran yang besar, karena jenggot adalah penghias bagi laki-laki. (Ihya’ Ulumiddin 2/257)
قال النووي: والصحيح كراهة الاخذ منها مطلقا بل يتركها على حالها كيف كانت، للحديث الصحيح واعفوا اللحي. وأما الحديث عمرو بن شعيب عن ابيه عن جده “ان النبي صلي الله عليه وسلم كان يأخذ من لحيته من عرضها وطولها” فرواه الترمذي باسناد ضعيف لا يحتج به (المجموع 1/343)ـ
Imam Nawawi -rohimahulloh- mengatakan: Yang benar adalah dibencinya perbuatan memangkas jenggot secara mutlak, tapi harusnya ia membiarkan apa adanya, karena adanya hadits shohih “biarkanlah jenggot panjang“. Adapun haditsnya Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya: “bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dahulu mengambil jenggotnya dari sisi samping dan dari sisi panjangnya”, maka hadits ini telah diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dengan sanad yang lemah dan tidak bisa dijadikan hujjah. (al-Majmu’ 1/343)
قال النووي: والمختار ترك اللحية على حالها وألا يتعرض لها بتقصير شيء أصلا (شرح صحيح مسلم للنووي, حديث رقم 260)ـ
Imam Nawawi juga mengatakan: Pendapat yang kami pilih adalah membiarkan jenggot apa adanya, dan tidak memendekkannya sama sekali (Syarah Shohih Muslim, hadits no: 260)
قال أبو شامه: وقد حدث قوم يحلقون لحاهم, وهو أشد مما نقل عن المجوس أنهم كانوا يقصونها. (فتح الباري 13/411)ـ
Abu Syamah -rohimahulloh- mengatakan: Telah datang sekelompok kaum yang menggunduli jenggotnya, perbuatan mereka itu lebih parah dari apa yang dinukil dari kaum Majusi, bahwa mereka dulu memendekkannya. (Fathul Bari 13/411)
قال الحليمي الشافعي: لا يحل لأحد أن يحلق لحيته ولا حاجبيه, وإن كان له أن يحلق سباله, لأن لحلقه فا ئدة, وهي أن لا يعلق به من دسم الطعام ورائحته ما يكره, بخلاف حلق اللحية, فإنه هجنة وشهرة وتشبه بالنساء, فهو كجب الذكر. (الإعلام لابن الملقن 1/711)ـ
Al-Hulaimi asy-Syafi’i -rohimahulloh- mengatakan: Tidak seorang pun dibolehkan memangkas habis jenggotnya, juga alisnya, meski ia boleh memangkas habis kumisnya. Karena memangkas habis kumis ada faedahnya, yakni agar lemak makanan dan bau tidak enaknya tidak tertinggal padanya. Berbeda dengan memangkas habis jenggot, karena itu termasuk tindakan hujnah, syuhroh, dan menyerupai wanita, maka ia seperti menghilangkan kemaluan. (al-I’lam, karya Ibnul Mulaqqin)
MADZHAB HAMBALI
(وَيُحَرَّمُ) التَّعْزِيرُ (بِحَلْقِ لِحْيَتِهِ) لِمَا فِيهِ مِنْ الْمُثْلَةِ (كشاف القناع 1/126)
Diharamkan memberikan ta’ziran (hukuman) dengan menggundul jenggot, karena adanya unsur mutslah di dalamnya. (Kasysyaful qona’ 1/126)
وَيَحْرُمُ حَلْقُهَا ذَكَرَهُ شَيْخُنَا (الفروع 1/130)ـ
Diharamkan menggundul jenggot, itu disebutkan oleh Syeikh kami. (al-Furu’ 1/130)
وَيُعْفِيَ لِحْيَتَهُ… وَيَحْرُمُ حَلْقُهَا. (الإنصاف 1/121)ـ
(Termasuk Sunnah Nabi dalam rambut) adalah dengan membiarkan jenggot panjang… dan haram baginya menggundul jenggotnya. (al-Inshof 1/121)
َيُعْفِي لِحْيَتَهُ وَيَحْرُمُ حَلْقُهَا , ذَكَرَهُ الشَّيْخُ تَقِيُّ الدِّينِ. (دقائق أولي النهى لشرح المنتهى 1/43)ـ
(Termasuk Sunnah Nabi dalam rambut) adalah dengan membiarkan jenggot panjang dan haram baginya menggundul jenggotnya. Hal ini disebutkan oleh Syeikh Taqiyuddin. (Daqo’iqu Ulin Nuha li Syarhil Muntaha 1/43)
قال السفَّاريني: المعتمد في المذهب حرمة حلق اللحية. (غذاء الألباب 1/334)ـ
Pendapat yang mu’tamad dalam madzhab (Hambali) adalah haramnya menggundul jenggot. (Ghidza’ul Albab 1/334)
Para pembaca yang dirahmati Alloh…
Itulah ucapan para ulama dari empat madzhab tentang wajibnya memelihara jenggot, semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri, umumnya bagi para pembaca… amin.
Jenggotnya ROSUL -shollallohu alaihi wasallam-
Alloh ta’ala adalah Tuhan yang maha menyayangi hamba-Nya, Dia lebih menyayangi hamba-Nya melebihi kasih sayang ibu kepada buah hatinya, sebagaimana diterangkan dalam hadits shohih. Oleh karena itulah, selain memberi semua nikmat yang dirasakan oleh manusia sejak lahirnya, Dia juga mengutus para Rosul yang bertugas menuntun umatnya kepada jalan-Nya yang lurus, satu-satunya jalan yang dapat menghantarkan manusia menuju kebahagiaan jasmani dan rohani, di dunia ini dan di akhirat nanti.
Alloh ta’ala juga menyariatkan aturan hidup yang sangat lengkap dan mencakup segala sisi kehidupan manusia. Aturan itu adalah Syariat Islam, yang telah dijadikan lengkap, dan diridhoi oleh-Nya sebagai syariatnya Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya (surat al-Maidah, ayat:3).
Syariat Islam adalah syariat yang paling baik dan paling cocok untuk kehidupan manusia sejak diutusnya Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- hingga kiamat nanti. Mengapa demikian? Karena ia datangnya dari Alloh ta’ala, Tuhan yang Maha Pencipta, Maha Mengetahui, dan Maha Berkuasa. Dia-lah yang menciptakan manusia, Dia-lah yang paling tahu aturan yang bisa memperbaiki manusia ciptaan-Nya, dan Dia-lah yang maha berkuasa untuk menjadikan aturan itu lengkap dan cocok sampai akhir masa… subhanalloh, walhamdulillah, wallohu akbar…
Syariat Islam bukanlah syariat yang hanya sebatas teori, tanpa bisa diterapkan dalam kehidupan. Oleh karena itulah, Alloh menjadikan Rosul-Nya sebagai teladan paling baik dalam menerapkan aturan-Nya. Jika Syariat Islam itu hanya sebatas teori, tentunya beliau tidak mampu menerapkannya, tetapi nyatanya tidak demikian… Itu berarti Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- adalah teladan terbaik kita dalam segala hal, dalam ibadah, dalam memimpin negara, dalam mencari nafkah, dalam berfatwa, dalam memutuskan suatu masalah, dalam berinteraksi dengan kawan maupun lawannya, dalam menjalani perintah-Nya, dalam menjauhi larangan-Nya, dan seterusnya…
Begitu pula dalam masalah kita kali ini, -yakni masalah memelihara jenggot-, Beliau-lah teladan terbaik untuk kita… Sungguh aneh, bagi mereka yang mengaku CINTA ROSUL, bagaimana mereka tidak mencintai penampilan beliau dan menirunya?!… Mengapa mereka malah mencintai penampilan para musuh beliau dan mengekor pada mereka?!… Allahul musta’an… Semoga Alloh membuka hati kita, dan menuntun kita untuk menghidupkan kembali sunnah rasul ini dalam kehidupan, amin.
Berikut kami ketengahkan beberapa hadits shohih tentang jenggotnya Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- sang Nabi, dan Teladan Terbaik kita…
1. Jenggot beliau sangat banyak dan lebat.
عن جابر بن أبي سمرة رضي الله عنه: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم قد شمط مقدم رأسه ولحيته, وكان إذا ادهن لم يتبين, وإذا شعث رأسه تبين, وكان كثير شعر اللحية. (رواه مسلم)ـ
Jabir bin Abu Samuroh r.a. berkata: Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- dulu telah muncul sedikit uban di bagian depan rambut kepala dan jenggotnya. Jika beliau meminyaki rambutnya, uban itu tidak tampak, tapi jika rambutnya kering, uban itu tampak. Dan beliau adalah seorang yang banyak rambut jenggotnya. (HR. Muslim)
عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم عظيم اللحية (رواه أحمد, وقال محقق المسند حسن لغيره) وفي رواية أخرى عنه: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم كثّ اللحية (رواه أحمد, وقال محقق المسند: إسناده حسن)ـ
Ali r.a. berkata: Dahulu Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- adalah seorang yang besar jenggotnya. (HR. Ahmad, Muhaqqiq Musnad mengatakan: (Hadits ini) hasan lighoirih). Dalam riwayat lain dengan redaksi: Dahulu Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- adalah orang yang lebat jenggotnya. (HR. Ahmad, Muhaqqiq Musnad mengatakan: Sanadnya hasan)
2. Jenggot beliau dijadikan tanda bacaan ketika sholat.
قال أبو معمر: قلنا لخباب بن الأرت رضي الله عنه: أكان رسول الله يقرأ في الظهر والعصر؟ قال: نعم. فقلنا له: بما كنتم تعرفون قراءته؟ قال: باضطراب لحيته. (رواه البخاري)ـ
Abu Ma’mar mengatakan: Aku bertanya kepada Khobbab ibnul Arot r.a: “Apa Rosululloh dulu membaca ketika sholat Dhuhur dan Ashar?”. Khobbab menjawab: “Ya”. Kami bertanya lagi: “Dengan apa kalian tahu bacaan beliau?”. Khobbab menjawab: “Dengan pergerakan jenggotnya”. (HR. Bukhori)
3. Beliau menyela-nyela jenggotnya ketika wudlu.
عن عثمان رضي الله عنه, قال: أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يخلل لحيته (رواه ابن ماجه والترمذي وقال: هذا حديث حسن صحيح، وصححه الألباني)ـ
Utsman r.a. mengatakan: “Sungguh Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dulu menyela-nyela jenggotnya (ketika wudlu). (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi, ia mengatakan: Hadits ini hasan shohih. Hadits ini dishohihkan pula oleh Albani)
وعن أنس رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا توضأ, أخذ كفا من ماء, فأدخله تحت حنكه, فخلل به لحيته, وقال: هكذا أمرني ربي. (صححه الألباني لشواهده)ـ
Dari Anas r.a.: “Sungguh Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- ketika berwudlu, beliau mengambil air dengan telapaknya, lalu memasukkannya ke bawah lehernya, dan menyela-nyela jenggotnya dengan air itu. Beliau mengatakan: Beginilah Tuhanku menyuruhku. (Dishohihkan oleh Albani karena syawahid-nya)
4. Air hujan yang mengalir dan menetes dari jenggotnya.
عن أنس بن مالك, قال: أصاب الناس سنة على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم, قال: فبينا رسول الله صلى الله عليه وسلم يخطب على المنبر يوم الجمعة قام أعرابي فقال: يا رسول الله! هلك المال, وجاع العيال, فادع الله أن يسقينا. فرفع رسول الله صلى الله عليه وسلم يديه, وما ترى في السماء قزعة, فثار سحاب أمثال الجبال, ثم لم ينزل عن منبره حتى رأينا المطر يتحادر على لحيته. قال: فمطرنا يومنا ذلك, ومن الغد, وبعد الغد, والذي يليه, حتى الجمعة الأخرى. وقام ذلك الأعرابي -أو قال: رجل غيره- فقال: يا رسول الله! تهدم البناء, وغرق المال, فادع الله لنا. فرفع يديه فقال: اللهم حوالينا ولا علينا. فما يسير بيده إلى ناحية من السحاب إلا انفرجت, وصارت المدينة مثل الجوبة, وسال الوادي قناة شهرا, ولم يجئ أحد من ناحية إلا حدث بالجود. (متفق عليه)ـ
Anas bin Malik mengisahkan: “Di masa Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, orang-orang pernah didera kekeringan. Maka ketika beliau khutbah jum’at di atas mimbar, berdirilah seorang arab badui, ia mengatakan: “Wahai Rosululloh, harta (kami) telah sirna, dan keluarga (kami) telah kelaparan, maka mintalah kepada Alloh agar memberi kita hujan!”. Maka Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- mengangkat kedua tangannya. Yang sebelumnya tidak terlihat potongan awan sedikitpun, tiba-tiba setelah itu datang awan seperti gunung. Maka tidaklah beliau turun dari mimbarnya, kecuali kami telah melihat air hujan itu mengaliri jenggotnya.
Anas mengatakan: “Dan Kami pun diguyur hujan mulai hari itu, besoknya, lusanya, dan hari setelahnya, hingga hari jum’at depannya. Dan kembali orang itu -atau orang lain-berdiri seraya mengatakan: “Wahai Rosululloh, bangunan rumah (kami) jadi hancur, harta (kami) tenggelam, maka mohonkanlah kebaikan bagi kami!”. Maka beliaupun (kembali berdoa dengan) mengangkat kedua tangannya seraya mengatakan: “Ya Alloh, (pindahkanlah hujan itu) ke sekitar kami, bukan langsung mengguyur kami”. Maka tidaklah beliau tunjuk awan itu, kecuali ia bergerak memencar, hingga Madinah ketika itu seperti Jawiyah, lembah-lembah menjadi sungai yang terus mengalir hingga sebulan, dan tidak seorangpun yang datang dari daerah sekitar, kecuali mengatakan kebaikan. (Muttafaqun Alaih)
5. Beliau dahulu memarfumi jenggotnya.
عن عائشة رضي الله عنها قالت: كنت أطيب النبي صلى الله عليه وسلم بأطيب ما يجد, حتى أجد وبيص الطيب في رأسه ولحيته (رواه البخاري)ـ
Aisyah mengatakan: aku dulu biasa memarfumi Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dengan minyak terbaik yang ada, hingga aku melihat sisa-sisa parfum itu di (rambut) kepala dan jenggot beliau. (HR. Bukhori).
6. Uban yang ada di jenggot beliau.
قيل لأنس بن مالك: هل شاب رسول الله صلى الله عليه وسلم؟ فقال: ما شانه الله بالشيب, ما كان في رأسه ولحيته إلا سبع عشرة أو ثماني عشرة. (وقال الحافظ في الفتح: إسناده صحيح, وقال الألباني: أخرجه ابن سعد بسند صحيح على شرط مسلم)ـ
وفي رواية، سئل أنس بن مالك : أخضب رسول الله صلى الله عليه وسلم ؟ قال : إنه لم ير من الشيب إلا نحو سبعة عشر أو عشرين شعرة في مقدم لحيته ” . قال الألباني: أخرجه ابن ماجة أيضا و أحمد ( 3 / 108 ) و ابن سعد ( 1 / 431 ) . قلت : و إسناده صحيح على شرط الشيخين
Anas bin Malik pernah ditanya: Apa Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- dahulu beruban? Anas menjawab: “Alloh tidak menjelekkannya dengan uban. Tidak ada uban di kepala beliau, kecuali hanya 17 atau 18 helai saja”. (al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: Sanadnya shohih, sedang Albani mengatakan: Hadits ini dibawakan oleh Ibnu Sa’d dengan sanad yang shohih sesuai syaratnya Imam Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: Anas bin Malik pernah ditanya: Apakah Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- menyemir rambutnya? Anas menjawab: “Sungguh tidak ada uban yang terlihat pada beliau, kecuali hanya 17 atau 20 helai rambut saja, yakni di bagian depan jenggotnya. (HR. Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Sa’d. Albani mengatakan: Sanadnya shohih sesuai syaratnya Bukhori Muslim)
JENGGOTNYA PARA NABI
Setelah mengetahui jenggotnya Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-, ada baiknya juga mengetahui bagaimana jenggotnya para Nabi sebelum beliau, agar kita tahu bahwa syariat memelihara jenggot ini, bukanlah syariat khususnya beliau, tapi merupakan syariat seluruh Nabi dan Rosul yang diutus sebelum beliau… Itulah rahasia mengapa ada beberapa kalangan agamis Ahli Kitab yang memelihara jenggotnya, karena memang dalam ajaran mereka ada syariat itu, sayang kebanyakan mereka meninggalkan salah satu ajaran agamanya itu. Berikut kami nukilkan keterangan tentang hal ini:
Alqur’an menceritakan Nabi Musa ketika menarik jenggotnya Nabi Harun:
يا ابن أم لا تأخذ بلحيتي ولا برأسي
Wahai putra ibuku, jangan kau tarik (rambut) jenggotku dan kepalaku! (Surat Thoha: 94).
Ayat ini sangat tegas dalam menerangkan bahwa Nabi Harun dahulu, jenggotnya panjang.
Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:
قال عليه الصلاة والسلام: أنا أشبه ولد إبراهيم به. (متفق عليه)ـ
Akulah keturunan Ibrohim yang paling mirip dengannya. (Muttafaqun Alaih).
Dan karena Nabi dahulu jenggotnya lebat dan panjang, berarti menunjukkan Nabi Ibrohim juga dahulu jenggotnya lebat dan panjang.
Kisah Hiroql, seorang Kaisar Romawi
روى البيهقي في دلائل النبوة عن هشام بن العاص الأموي, قال: بعثت أنا ورجل آخر إلى هرقل صاحب الروم, ندعوه إلى الإسلام… فذكر القصة بطولها, وفيها أن هرقل أراهم صور الأنبياء في خرق من حرير, فذكر في صفة نوح عليه الصلاة والسلام- أنه كان حسن اللحية, وفي صفة إبراهيم -عليه الصلاة والسلام- أنه كان أبيض اللحية. وفي صفة إسحاق -عليه الصلاة والسلام- أنه كان خفيف العارضين. وفي صفة يعقوب -عليه الصلاة والسلام- أنه كان يشبه أباه إسحاق. وفي صفة عيسى -عليه الصلاة والسلام- أنه كان شديد سواد اللحية. قال ابن كثير إسناده لا بأس به. (تفسير ابن كثير 3/484)ـ
Hisyam ibnul Ash al-Umawi mengisahkan: “Aku pernah di diutus bersama orang lain menghadap Kaisar Romawi Hiroql, untuk mengajaknya kepada Islam…” lalu ia menyebutkan kisah dengan panjang lebar, di dalamnya diceritakan bahwa Sang Hiroql memperlihatkan gambar para Nabi di atas potongan kain sutra, dan ia menyebutkan diantara sifatnya Nabi Nuh a.s jenggotnya bagus, diantara sifatnya Nabi Ibrohim a.s. jenggotnya putih, diantara sifatnya Nabi Ishaq a.s. tipis jenggot bagian sampingnya, diantara sifatnya Nabi Ya’qub a.s. adalah mirip dengan ayahnya, yakni Nabi Ishaq, dan diantara sifatnya Nabi Isa a.s. jenggotnya sangat hitam. Setelah menyebutkan kisah ini Imam Ibnu Katsir mengatakan: “Sanadnya la ba’sa bih” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 3/484)
Jenggotnya Para Salafush Sholih
Jenggotnya Abu Bakar r.a.:
عن عائشة قالت: كان (أبي) رجل أبيض، نحيف، خفيف العارضين. (الطبقات الكبرى 3/133) (الخلفاء الراشدون للذهبي 64) (تاريخ الخلفاء للسيوطي 45)ـ
Aisyah mengatakan: Dulu bapakku adalah pria yang kulitnya putih, badannya ramping, dan jenggot bagian sampingnya tipis. (ath-Thobaqot al-Kubro 3/133) (al-Khulafa’ ar-Rosyidun, karya adz-Dzahabi 64) (Tarikhul Khulafa’, karya as-Suyuthi 45)
Jenggotnya Umar bin Khottob r.a.:
في عارضيه خفة, سبلته كبيرة (الخلفاء الراشدون للذهبي 144) (تاريخ الخلفاء للسيوطي 138)ـ
Umar bin Khottob adalah seorang yang tipis jenggot bagian pinggirnya, dan tebal jenggot bagian depanya. (al-Khulafa’ ar-Rosyidun karya adz-Dzahabi 144) (Tarikhul Khulafa’, karya as-Suyuthi 138)
Jenggotnya Utsman bin Affan r.a.:
كان كبير اللحية, عظيمها (الطبقات الكبرى لابن سعد 3/40)ـ
Utsman adalah seorang yang jenggotnya besar (at-Thobaqot al-Kubro 3/40)
طويل اللحية، حسن الوجه (الخلفاء الراشدون للذهبي 278)ـ
Utsman adalah seorang yang jenggotnya panjang dan wajahnya tampan (al-Khulafa’ ar-Rosyidun karya adz-Dzahabi 278)
كان كثير اللحية (تاريخ الخلفاء للسيوطي 157)ـ
Utsman adalah seorang yang jenggotnya banyak (Tarikhul Khulafa’ karya as-Suyuthi 157)
Jenggotnya Ali bin Abi Tholib r.a.:
أنه كان ضخم اللحية (الطبقات الكبرى لابن سعد 3/16)ـ
Ali adalah seorang yang besar jenggotnya (at-Thobaqot al-Kubro 3/16)
كان عظيم اللحية. وقال الشعبي: رأيت عليا أبيض اللحية, ما رأيت أعظم لحية منه (الخلفاء الراشدون للذهبي 378)ـ
Ali adalah seorang yang besar jenggotnya. Bahkan asy-Sya’bi mengatakan: “Aku telah melihat Ali, yang jenggotnya putih, tidak kulihat ada orang yang lebih besar jenggotnya darinya”. (al-Khulafa’ ar-Rosyidun, karya adz-Dzahabi 378)
كثير الشعر عظيم اللحية (صفوة الصفوة لابن الجوزي 1/308)ـ
Ali adalah seorang yang banyak rambutnya, besar jenggotnya. (Shofwatush Shofwah, karya Ibnul Jauzi 1/308)
كان عظيم اللحية جدا, وقد ملأت ما بين منكبيه بيضاء كأنه القطن (تاريخ الخلفاء للسيوطي 175)ـ
Ali adalah seorang yang jenggotnya besar sekali, bahkan sampai memenuhi kedua pundaknya, putih seperti kain katun (Tarikhul Khulafa’ karya as-Suyuthi 175)
Inilah nukilan tentang jenggotnya 4 khulafa’ rosyidin, padahal Rosul -shollallohu alaihi wasallam- telah bersabda: “Ambillah tuntunanku dan tuntunan para khulafa’ rosyidin yang mendapat petunjuk setelahku, gigitlah tuntunan-tuntunan itu dengan gigi-gigi geraham kalian”!…
Para pembaca yang dirahmati Alloh…
Sering kita mendengar orang mengatakan: “Kecintaan kepada seseorang belumlah sempurna, kecuali bila ia telah meniru gayanya, dan mendengarkan apa yang diperintahkannya”… Pertanyaannya: Cintakah kita pada Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-?! Lalu sudahkah kita meniru beliau, dan mendengarkan perintah beliau?!
Sebagaimana banyak orang bangga, ketika meniru gaya olahragawan, artis, atau siapapun yang ia kagumi, mengapa kita tidak bangga, ketika meniru gaya para nabi dan para salaf kita?!… Atau paling tidak, hendaklah kita menghormati saudara seiman kita, yang berusaha menghidupkan salah satu Sunnah Nabi yang mulia ini, yakni sunnah memanjangkan jenggotnya… (bersambung… selanjutnya kita akan bahas bolehkah memendekkan jenggot hingga batas genggaman tangan?)
+ التعليقات + 1 التعليقات
Saya PNS, tidak diperbolehkan memelihara jenggot bagaimana solusinya? Apakah saya tetap membangkang atau ada jalan lain..saya bingung, apakah dalil mengenai "bertaqwa semampunya" dapat pergunakan untuk memotong jenggot saya? ...
Mohon jawabannya,,,jazakallah
Posting Komentar
Komentar para pembaca yang baik dan membangun sangat kami harapkan dan atas kunjungannya kami ucapkan Jazakumullohu Khoiron.